Selasa, 07 Januari 2014

Bioetanol Padat yang Praktis



Bioetanol Padat yang Praktis
Kemudahan mendistribusikanbahan bakar padat menjadi inspirasi Soelaiman Budi Sunarto ketika ingin meracik bioetanol padat. Pendiri Koperasi Serba Usaha Agromakmur, Karanganyar, Jawa Tengah, ini terus menginovasi temuan-temuannya berkait energi untuk masyarakat pedesaan.
Setiap kali saya menemukan cara baru untuk menghasilkan bahan bakar alternatif, tidak pernah berniat untuk mengaukan patennya. Ini supaya masyarakat manapun mudah membuatnya,” Kata Budi, Kamis (16/12) di Jakarta. Sejak tahun 1998, Budi menggeluti usaha di pedesaan untuk memproduksi apapun sebisa mungkin. Bioetanol hanya salah satunya, selain itu, Budi uga memproduksi amur tiram dengan isi polybag khas racikan dia, hingga dikenal lebih banyak menghasikan lainnya dibandingkan lainnya. Budi juga menciptakan alat pembentuk gas metana untuk sumber energi ramah lingkungan dari sampah organik. Alat itu dinamai albakos, singkatan dari alat biogas konsumsi sampah. Ia juga memberi nama kompor “bahenol”untuk ciptaan kompor berbahan bakar hemat etanol. Baru-baru ni budi memaparkan temuan barunya, bioetanol padat. Ia sendiri lupa kapan memperoleh inspirasi itu secara pasti. “Inspirasinya sudah sejak lama.” Ujarnya.
Tanpa Jelaga
Bioetanol yang dimaksudkan Budi adala etanol atau alkohol. Budi memproduksinya dengan fermentasi bahan-bahan organik mengandung glukosa. Di pedesaan, Budi mudah menjumpai imbah organik dari hasil pertanian. Seperti sekam padi uga mengandung glukosa. Begitu pula limbah sayur mayur bisa dijadikan bahan organik untuk fermentasi menghasilkan bioetanol. “Limbah pertanian air kelapa menadi saah satu bahan baku paling baik. Tetapi, selama ini yang terbaik untuk membuat alkohol tetap dari tetes tebu.” Kata Budi. Budi memproduksi mikroorganisme yang dipakai untuk fermentasi bahan organik. Selama ini Budi uga mendidik generasi muda untuk banyak memproduksi bioetanol. Cita-citanya dikemudian hari akan terdapat pompa-pompa bahan bakar bioetanol dimanapun juga. Tidak sulit untuk memproduksinya karena bahan bakunya tersedia melimpah disekitar kita. Bioetanol memiliki titik nyala rendah sekitar 13oC sehingga sangat mudah terbakar. Untuk bahan baku bioetanol padat, Budi menggunakan kadar 80 %, Kadar ini merupakan hasil penyulingan pertama. Alkohol memiliki titik didih 78oC. Melalui pemanasan akohol mudah dipisahkan dengan kadar air yang memiliki titik didih 100oC. Pendistribusian bioetanol cair tergolong susah. Misalnya setiap kali saya membawa hasil uji coba ke jakarta untuk dianalisis laboratorium, sealu saja ditahan di bandara keberangkatan di Solo.” Kata Budi. Sekarang lanjut Budi, ketika membawa bioetanol padat dari Solo ke Jakarta tidak lagi terhambat di bandara. Tidak diizinkannya membawa bioetanol cair di dalam pesawat ini juga bagian Budi untuk menciptakan bioetano padat. Pendistrian bioetanol padat tidak membutuhkan wadah seperti bioetanol cair yang tidak boleh bocor. Kemasan bioetanol padat menjadi tidak merepotkan di bandingkan bioetanol cair. “ketika dipakai untuk bahan bakar kompor, bioetanol padat tidak memerlukan jelaga.”katanya . bagaimana bioetanol di padatkan.?
LIMBAH MINYAK BUMI
Sebenarnya bioetanol padat buksnlsh di peroleh  dari proses pemadatan atau pembekuan bioetanol cair, bioetanol padat adalah penyertaan bahan bakar cair bioetano kedalam bahan padat residu minyak bumi yang dikenal sebagai sterarid acid.
Stearid acid adalah bahan baku parafin atau lilin.stearid acid juga dikenal sebagai  palm wax.harga pasaran 17000 sampai 20000 rb perkilo “cara pembuatanya,padatan searid acid di panaskan terlebih dahulu sampai mencair “ ujar budi kemudian siapkan setengah liter bioetanol untuk campuran stearid acid 1 kilogram hanya di aduk sebentar ,kemudian campuran harus segera di dinginkan dalam paralon berukuran 3 dim supaya ketika dingin langsung membentuk tabung atau siinder paralon. Saya sudah mempersiapkan paralon 3  dim itu masing-masing sepanjang 30 cm. Ternyata untuk 1kg stearid acid dan setengah liter bioetanol dapat di peroleh 2 selongsong bioetanol padat.kemudian ia memotong menjadi 2 cm hingga memperoleh 20 potong. Ketika dinyalakan di kompor 1potong bioetanol mampu menyala hingga 2 jam ,budi membuat perbandingan dengan kompor minyak tanah,1 liter minyak tanah ternyata  mampu menyala selama 2jam. Jika di hitung biaya produksi 1 potong bioetanol padat sekitar rp 4000 jika di bandingkan dengan harga minyak tanah mencapai      rp7000 lebih murah dari minyak tanah.budi telah membuktikanya setelah di uji oleh para ahlinya,menurutnya inovasi itu tidak membutuhkan biaya tinggi,dan riset  inovasi yang sederhana dan dengan biaya rendah justru lebih bernilai bagi masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar