Bioetanol Padat yang Praktis
Kemudahan mendistribusikanbahan bakar padat
menjadi inspirasi Soelaiman Budi Sunarto ketika ingin meracik bioetanol padat.
Pendiri Koperasi Serba Usaha Agromakmur, Karanganyar, Jawa Tengah, ini terus
menginovasi temuan-temuannya berkait energi untuk masyarakat pedesaan.
Setiap kali saya menemukan cara baru untuk
menghasilkan bahan bakar alternatif, tidak pernah berniat untuk mengaukan
patennya. Ini supaya masyarakat manapun mudah membuatnya,” Kata Budi, Kamis
(16/12) di Jakarta. Sejak tahun 1998, Budi menggeluti usaha di pedesaan untuk
memproduksi apapun sebisa mungkin. Bioetanol hanya salah satunya, selain itu,
Budi uga memproduksi amur tiram dengan isi polybag khas racikan dia,
hingga dikenal lebih banyak menghasikan lainnya dibandingkan lainnya. Budi juga
menciptakan alat pembentuk gas metana untuk sumber energi ramah lingkungan dari
sampah organik. Alat itu dinamai albakos, singkatan dari alat biogas konsumsi
sampah. Ia juga memberi nama kompor “bahenol”untuk ciptaan kompor berbahan
bakar hemat etanol. Baru-baru ni budi memaparkan temuan barunya, bioetanol
padat. Ia sendiri lupa kapan memperoleh inspirasi itu secara pasti.
“Inspirasinya sudah sejak lama.” Ujarnya.
Tanpa Jelaga
Bioetanol yang dimaksudkan Budi adala etanol
atau alkohol. Budi memproduksinya dengan fermentasi bahan-bahan organik
mengandung glukosa. Di pedesaan, Budi mudah menjumpai imbah organik dari hasil
pertanian. Seperti sekam padi uga mengandung glukosa. Begitu pula limbah sayur
mayur bisa dijadikan bahan organik untuk fermentasi menghasilkan bioetanol.
“Limbah pertanian air kelapa menadi saah satu bahan baku paling baik. Tetapi,
selama ini yang terbaik untuk membuat alkohol tetap dari tetes tebu.” Kata
Budi. Budi memproduksi mikroorganisme yang dipakai untuk fermentasi bahan
organik. Selama ini Budi uga mendidik generasi muda untuk banyak memproduksi
bioetanol. Cita-citanya dikemudian hari akan terdapat pompa-pompa bahan bakar
bioetanol dimanapun juga. Tidak sulit untuk memproduksinya karena bahan bakunya
tersedia melimpah disekitar kita. Bioetanol memiliki titik nyala rendah sekitar
13oC sehingga sangat mudah terbakar. Untuk bahan baku bioetanol padat,
Budi menggunakan kadar 80 %, Kadar ini merupakan hasil penyulingan pertama.
Alkohol memiliki titik didih 78oC. Melalui pemanasan akohol mudah
dipisahkan dengan kadar air yang memiliki titik didih 100oC.
Pendistribusian bioetanol cair tergolong susah. Misalnya setiap kali saya
membawa hasil uji coba ke jakarta untuk dianalisis laboratorium, sealu saja
ditahan di bandara keberangkatan di Solo.” Kata Budi. Sekarang lanjut Budi,
ketika membawa bioetanol padat dari Solo ke Jakarta tidak lagi terhambat di
bandara. Tidak diizinkannya membawa bioetanol cair di dalam pesawat ini juga
bagian Budi untuk menciptakan bioetano padat. Pendistrian bioetanol padat tidak
membutuhkan wadah seperti bioetanol cair yang tidak boleh bocor. Kemasan
bioetanol padat menjadi tidak merepotkan di bandingkan bioetanol cair. “ketika
dipakai untuk bahan bakar kompor, bioetanol padat tidak memerlukan
jelaga.”katanya . bagaimana bioetanol di padatkan.?
LIMBAH MINYAK BUMI
Sebenarnya bioetanol padat buksnlsh
di peroleh dari proses pemadatan atau
pembekuan bioetanol cair, bioetanol padat adalah penyertaan bahan bakar cair
bioetano kedalam bahan padat residu minyak bumi yang dikenal sebagai sterarid
acid.
Stearid acid adalah bahan baku
parafin atau lilin.stearid acid juga dikenal sebagai palm wax.harga pasaran 17000 sampai
20000 rb perkilo “cara pembuatanya,padatan searid acid di panaskan terlebih
dahulu sampai mencair “ ujar budi kemudian siapkan setengah liter bioetanol
untuk campuran stearid acid 1 kilogram hanya di aduk sebentar ,kemudian campuran
harus segera di dinginkan dalam paralon berukuran 3 dim supaya ketika dingin langsung
membentuk tabung atau siinder paralon. Saya sudah mempersiapkan paralon 3 dim itu masing-masing sepanjang 30 cm.
Ternyata untuk 1kg stearid acid dan setengah liter bioetanol dapat di peroleh 2
selongsong bioetanol padat.kemudian ia memotong menjadi 2 cm hingga memperoleh
20 potong. Ketika dinyalakan di kompor 1potong bioetanol mampu menyala hingga 2
jam ,budi membuat perbandingan dengan kompor minyak tanah,1 liter minyak tanah
ternyata mampu menyala selama 2jam. Jika
di hitung biaya produksi 1 potong bioetanol padat sekitar rp 4000 jika di
bandingkan dengan harga minyak tanah mencapai rp7000 lebih murah dari minyak tanah.budi
telah membuktikanya setelah di uji oleh para ahlinya,menurutnya inovasi itu
tidak membutuhkan biaya tinggi,dan riset
inovasi yang sederhana dan dengan biaya rendah justru lebih bernilai
bagi masyarakat.